1. Makna Individu, Keluarga &
Masyarakat
a.
Makna Individu
Individu merupakan unit
terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian
terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian
yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut yang sudah tidak
dapat dibagi lagi ke dalam satuan lebih kecil.
b.
Makna Keluarga
Keluarga dengan berbagai
fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana diman seorang individu mengalami
proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan
terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi. Sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan
masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu
menjadiseorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur
masyarakat yang ada.
Macam
– macam Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga
diantaranya sebagai berikut :
1.
Fungsi Pengaturan Keturunan
2.
Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
3.
Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
4.
Fungsi Pelindung
5.
Fungsi Penentuan Status
6.
Fungsi Pemeliharaan
7.
Fungsi Afeksi
c.
Makna Masyarakat
Masyarakat adalah tempat
kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga,
keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat
hasil dari proyeksi tersebut. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu
berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Karena disini akan
terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk
sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
Masyarakat
Sederhana
Dalam lingkungan
masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan
menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya
berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik
antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang
buas saat itu.
Masyarakat
Maju
Masyarakat maju memiliki
aneka raam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebutan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
Hubungan
Individu, Keluarga & Masyarakat
Aspek individu, keluarga,
masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak
akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara
di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media dimana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuh kembangkan perilakunya. Karena
tak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung
dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama
seorang individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu
individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam
menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak
ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut.
2. Masyarakat
Industri dan Non Industri
Masyarakat
non industri. Secara garis besar, kelompok ini dapat
digolongkan menjadi gua golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggotanya terjadi lebih intensif, lebih
erat, lebi akrab. Kelompok ini disebut juga kelompok face to face group.Sifag
interaksi bercirak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja
atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik berakan pada kesadaran,
tanggungjawab para anggotadan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara
sukarela. Dalam kelompok sekunder terpaut saling hubungan tidak langsung,
formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh krn itu sifat interaksi,
pembagian kerja, diatur atas dasar pertimbangan-pertimbagnan rasional obyektif.
Para anggota menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan / keahlian tertentu,
disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.
Masyarakat
Industri, Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja
sebagai dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf
perkembangannya. Akan tetapi is lebih cenderung mempergunakan dua taraf
klasifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Masyarakat-masyarakat yang
berada di tengah kedua eksterm tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 :
190).
Jika pembagian kerja
bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakintinggi.
Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara
kelompok-kelompok masyarakat yang telah men2enal pengkhususan.Otonomi sejenis,
juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi
sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang
secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang
roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli
dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi
fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan
dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin
banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai
keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan
sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
3. Pengertian Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk
merupakan suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai
kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga
para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai
keseluruhan kuranga memiliki homoginitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki
dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.
Dengan kata lain, suatu
masyarakat adalah bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural
memiliki subsub kebudayaan yang bersifat diverse.
Menurut Clifford Geertz
(Dalam Nasikun, 36 ; 1984), masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi ke
dalam sub-sub sistem yang kurang lebih sistem sendiri, di mana masing-masing
sub sistem tersebut terikat ke dalam oleh ikatan-ikan yang bersifat primordial.
Dengan cara yang lebih
singkat, Pierre L. van den Berghe (Dalam Nasikun, 36 ; 1984) menyebutkan beberapa
karakteristik berikut sebagai sifat-sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk,
yakni:
1.
Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk
kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama
lain
2.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi
ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer
3.
Kurang mengembangkan konsensus di antara
para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
4.
Secara relatif sering kali mengalami
konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
5.
Secara relatif integrasi sosial tumbuh di
atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi
6.
Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
4. Penyebab Masyarakat Desa Melakukan Urbanisasi
Masyarakat adalah
sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi
terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Jika dikelompokkan berdasarkan tempat tinggalnya
masyarakat dapat dibagi menjadi 2 yaitu masyarakat perkotaan dan masyarakat
pedesaan.
· Masyarakat kota adalah sekumpulan
orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih
maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang
dicita-citakan. Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat
tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari
itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan
dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa.
· Masyarakat desa adalah sekumpulan
orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat
berbeda dengan masyarakat kota. Karena
desa adalah kebalikan dari kota, tingkat solidaritas yang masih sangat
tinggi, serta tingkat kegengsian yang sedikit, serta tingkat kekeluargaan yang
masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.
Jika dibandingkan antara
perkotaan dan pedesaan di tinjau dari segi pembangunan serta
fasilitas-fasilitas umum jelas sekali terdapat perbedaan. Diperkotaan fasilitas
seperti sekolah, rumah sakit, lokasi hiburan sangat banyak dan mudah di temui,
sedangakan di pedesaan fasilitas-fasilitas tersebut sangat terbatas.
Ketimpangan inilah yang
menjadi penyebab tingginya tingkat perpindahan penduduk dari desa ke kota alias
urbanisasi menunjukan adanya ketimpangan pembangunan yang telah terjadi di
Indonesia. Hampir setiap tahunnya Indonesia selalu dihadapkan dengan
permasalahan kebiasaan mudik. Hal ini menunjukan banyak masyarakat dari desa
yang meninggalkan tempat asalnya menuju kota-besar. Bahkan, menurut catatan
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), ada sekitar satu
juta orang. Fenomena ini dinamakan sebagai dampak perkembangan megacities.
Ada beberapa cara yang seharusnya di
terapkan pemerintah dalam mengatasi laju urbanisasi, diantaranya :
· Pertama, upaya peningkatan aspek pendidikan
di desa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggalakkan pendidikan menengah yang
bersifat kejuruan. Pendidikan menengah yang bersifat kejuruan tentunya akan
sangat membantu mengembangkan bakat peserta didik yang sifatnya praktis sesuai
dengan peminatan yang diinginkan. Selain itu, peningkatan aspek ini dapat juga
digunakan untuk mendorong munculnya jiwa kewirausahaan sehingga bisa
menyediakan lapangan pekerjaan di desanya. Tentunya dengan adanya lapangan
pekerjaan di desa akan mengurangi laju urbanisasi yang terjadi.
· Kedua, aspek aksesibilitas (dalam hal
transportasi) di desa merupakan faktor penting untuk menunjang aktivitas
ekonomi, walau pada faktanya masih banyak desa di negara kita yang masih
memiliki aksesibilitas yang buruk. Padahal aksesibilitas tersebut berfungsi
sebagai jalur penghubung terjadinya aliran barang dan jasa (aktivitas ekonomi).
Melalui peningkatan aksesibilitas di desa seperti pembangunan jalan dan
jembatan serta sarana telekomunikasi, pemberdayaan potensi sumber daya yang
terdapat di desa dapat dikembangkan secara optimal. Adanya kemudahan akses
tersebut juga bisa menjadi faktor penarik bagi pihak pemerintah dan swasta
untuk bermitra dan mengembangkan aspek unggulan desa yang bersangkutan.
· Ketiga, pemberdayaan potensi utama
desa dapat dilakukan untuk menekan urbanisasi. Salah satu cara untuk
mengembangkan potensi desa dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya yang ada
seperti potensi agrobisnis maupun aspek pariwisatanya. Potensi agrobisnis di
desa dapat dilakukan dengan pengembangan dan pemasaran yang lebih ”menjual”
sehingga potensi tersebut dapat terberdayakan. Dengan sendirinya lapangan
pekerjaan akan tersedia sehingga dapat mengurangi laju urbanisasi yang terjadi.
Demikian pula dengan aspek pariwisata yang mampu menambah lapangan pekerjaan di
desa.