Bab
4. MANUSIA DAN CINTA KASIH
a. PENGERTIAN
CINTA KASIH
Cinta
kasih dalam diri seorang Chairul Tanjung adalah bukan melulu soal hubungan
antara seorang laki-laki dan perempuan, namun mempunyai cakupan yang lebih
luas, salah satunya adalah cinta kasih terhadap orang tua Chairul. Ketika
Chairul baru berumur 33 tahun, Chairul menanyakan kepada ibunda dengan siapa
akan berangkat naik haji, dan sang bunda menjawab “Tidak tahu”, seketika pun
hati Chairul bingung, karna merasa kasihan tidak tahu harus berbuat apa. Apakah
meminta orang lain untuk menemani sang bunda untuk naik haji, karena ia merasa
di usia yang masih relative muda, yakni 33 tahun, dia belum siap untuk naik
haji. Akhirnya dengan mempertimbangkan banyak hal, ia pun memutuskan untuk
menemani sang bunda pergi naik haji. Melihat perlakuan Chairul terhadap sang
bunda selama naik haji, yang begitu dekat dan penuh dengan cinta kasih, hingga
seorang tokoh yang kebetulan ikut dalam rombongan haji itu memberikan penilaian
yang sangat bagus untuk Chairul, Ibu Mien S. Uno, dari Biro Perusahaan yang
menemani rombongan haji. Beliau mengungkapkan bahwa “Melihat beliau mengurus
proses haji ibunya tahap demi tahap dan telaten membuat saya terharu. Dari
mulai melempar Jumrah sampai tawaf, Pak Chairul terus memeluk ibunya, seperti
sepasang kekasih, perhatiannya sangat luar biasa. Satu kesan yang langsung
melekat waktu itu adalah beliau sangat berbakti kepada orang tuanya”. Itu
adalah beberapa wujud cinta kasih dari seorang Chairul Tanjung.
b. KASIH
SAYANG
Chairul
Tanjung merupakan sosok yang penuh cinta dan kasih sayang. Baik itu terhadap
istrinya Anita Ratnasari maupun kedua anaknya, Putri Indahsari dan Rahmat
Dwiputra. Bagi Cairul, cinta dan kasih sayang itu bukan sekedar kita berkumpul
atau bercerita satu sama lain antar anggota keluarga. Namun bagaimana kita bisa
mengajarkan sesuatu yang bermanfaat terhadap anak-anak untuk menjadi bekal
hidup dimasa yang akan datang. Dengan meluangkan waktu buat anak-anak juga
merupakan salah satu bentuk cinta dan kasih sayang yang ia ajarkan terhadap
kedua anaknya. Meskipun begitu padatnya kesibukannya baik sebagai pengusaha
maupun sebagai ketua Komite Energi Nasional yang di amanahkan Negara
terhadapnya, namun Chairul tidak menjadi lupa atau bahkan mengurangi waktunya
untuk anak-anak yang sangat ia cintai. Hal ini
dibuktikan dengan dari sejak kecil, Chairul menjadi orang yang paling
sering untuk mengganti popok anaknya. Hingga anaknya Balita, Chairul masih
menyempatkan waktu untuk membawa anaknya untuk keliling sebelum berangkat beraktivitas.
Hal ini dilakukan adalah untuk menunnjukkan betapa besarnya cinta dan kasih
sayang nya terhadap keluarganya, sekalipun ia sekarang menjadi salah satu orang
terkaya di Republik ini.
Bab
5. MANUSIA DAN KEINDAHAN
KONTEMPLASI DAN EKSTANSI
Sejak kelas II SMP, Chairul
menemukan ketertarikan pada seni drama karena itu belajar teather hingga SMA
kelas II kepada Mas Yan Daryono. Nama teathernya adalah Gothra Athdira, berasal
dari bahasa Sanskerta, yang artinya ‘berani dan jujur’. Tempat saya belajar teather
di Utan Kayu. Awal pertemuan yang diperbanyak adalah diskusi tentang apapun,
kebanyakan serius dan sangat serius. Lalu dilannjutkan dengan belajar membaca,
membuat kliping, dan berbicara lancer.
Bab
6. MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan
dan Perjuangan.
Penderitaan
Chairul dimulai sejak kecil, hal ini akibat dari seorang bapak yang sangat idealis, sehingga semua bisnis dan usaha yang
dibangun oleh sang ayah semua hancur akibat perbedaan pandangan politik dengan
penguasa. Charul pun mengalami tidur disebuah losmen hingga berisikan 8 orang.
Hal ini karena semua usaha dari sang ayah yang gulung tikar. Namun hal ini
tidak membuat CT menjadi berkecil hati. Justru sebaliknya, malah djadikan
sebagai motivasi dirinya untuk menjadi lebih bekerja lebih keras. Mengingat
keterbatasan dalam banyak hal, terutama biaya, langkah apapun harus
dipertimbangkan dengan sangat matang. Termasuk setelah lulus SMA, yang akan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Akhirnya dengan usaha yang sangat keras, untuk
Akhirnya dengan usaha yang sangat keras, untuk meminimalisir biaya kuliah, ia
pun berusaha untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negri. Dan impiannya pun
terkabulkan hingga akhirnya dia diterima di FKG-UI. Dan dari sinilah perjuangan
CT benar benar dimulai. Akibat keterbatasan biaya yang dimiiki keluarga CT,
akhirnya Ibu dari CT, ibu Halimah harus menggadaikan kain halus kepunyaan sang
ibu. Mendengar hal itu, bumi tempat saya berpijak seolah berhenti berotasi.
Jantung mendadak berhenti berdetak, lemah seolah tak berdarah. Oleh karena
semua perjuangan kedua orang tua CT untuk membiayai kuliah sang anak, CT pun
semakin giat belajar. Dan untuk membantu biaya kuliahnya, berfikir keras untuk
membantu pembayaran uang kuliahnya. Hingga ketemu ide untuk membuat mesin
fotokopi di sekitar kelas kampus. Dengan usahanya ini, maka CT pun semakin
memahami tentang bisnis. Ini adalah cikal bakal bisnis dari seorang Chairul
Tannjung.