Sabtu, 03 Maret 2012

TEMPAT WISATA : BOROBUDUR

Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut. Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Proses Penemuan dan Pemugaran
Candi ini baru ditemukan kembali pada awal abad ke-18 setelah beberapa abad ditinggalkan dan telah tertutup oleh semak belukar. Waktu itu (1814) Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles, menerima laporan tentang keberadaan sebuah bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Raffles kemudian mengutus salah seorang perwiranya yang bernama H.C. Cornelius untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan oleh Cornelius selama dua bulan dengan bantuan sekitar 200 orang penduduk setempat, maka tampaklah bangunan candi yang selama ini telah tertutup oleh semak belukar.Pada tahun 1825 diadakan pemugaran kembali pada bangunan candi sehingga bentuknya menjadi semakin jelas. Sembilan tahun kemudian, saat Belanda berkuasa, Residen Kedu yang bernama Hatmann membersihkan candi ini lagi. Dan, setelah diadakan tinjauan untuk penelitian lebih lanjut pada tahun 1842, maka pada tahun 1873 monografi pertama tentang Candi Borobudur diterbitkan. Namun sayang, pada tahun 1896 pemerintah Hindia Belanda, melalui Residen Kedu, mengambil beberapa patung Buddha, 30 relief, dua patung singa, tangga dan gerbang dari candi ini untuk dihadiahkan kepada Raja Siam Chulalangkorn. Benda-benda tersebut saat ini tersimpan di Museum Bangkok, Thailand.

Pada tahun 1900 pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah panitia pemugaran dan perawatan Candi Borobudur. Setelah panitia terbentuk, pada tahun 1907 hingga 1911 Borobudur direstorasi besar-besaran. Pimpinan restorasi tersebut adalah Ir. Theodorus van Erp, seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu yang kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai dari bentuk bangunan hingga falsafah dan ajaran-ajaran yang dikandungnya. Bahkan, ia sempat melakukan studi banding selama beberapa tahun di India dan Sri Lanka untuk melihat susunan bangunan stupa Sanchi di Kandy dan membandingkannya dengan Borobudur.Hasil kerja panitia yang dipimpin oleh Theodorus van Erp sebenarnya memuaskan, namun karena karena proses alam yang tidak bisa dicegah (hujan dan panas), maka bangunan candi menjadi rusak kembali dan bahkan ada beberapa bagiannya yang mulai miring, renggang dan amblas. Untuk itu, pada tahun 1926 pemerintah Hindia Belanda memugarnya kembali. Sayangnya, pada tahun1940 terjadi krisis malaise dan Perang Dunia II sehingga proses pemugaran Borobudur terpaksa dihentikan.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956 pemerintah meminta bantuan UNESCO untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur. Usai diteliti oleh seorang utusan UNESCO dari Belgia yang bernama Dr. C. Coremans, pada konferensi-15 di Perancis tahun 1968 UNESCO setuju untuk memberi bantuan bagi pemugaran Borobudur. Pemerintah Indonesia kemudian membentuk International Consultative Committee (badan pemugaran Borobudur) yang diketuai oleh Prof. Ir. Roosseno. Selanjutnya, pada tahun 1972 UNESCO mengucurkan dana sebesar 5 juta dollar Amerika sebagai biaya pemugaran Borobudur. Sisanya sebanyak 2,750 juta dollar lagi berasal dari pemerinah Indonesia.Pemugaran Candi Borobudur dimulai pada tanggal 10 Agustus 1973 yang peresmian pemugarannya dilakukan oleh Presiden Soeharto. Pemugaran tersebut berlangsung hingga tahun 1984 dengan hasil yang hampir sempurna. Namun, satu tahun kemudian terjadi serangan bom yang dilakukan oleh kelompok Islam ekstrem yang dipimpin oleh Habib Husein Ali Alhabsyi. Serangan itu membuat beberapa stupa pada candi harus diperbaiki. Dan, pada tahun 1991 Candi Borobudur ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.







Akses menuju borobudur
Untuk mencapai Borobudur dari kota-kota di sekitarnya seperti Yogyakarta atau Semarang , bisa naik bis jurusan Borobudur, langsung turun di terminal bis Borobudur.Desa Giritengah terletak di ujung barat daya Kecamatan Borobudur, dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Candi Borobudur (pusat keramaian). Untuk mencapainya bisa dengan mudah menggunakan sarana transportasi umum berupa mobil angkutan pedesaan atau ojek sepeda motor dari terminal / pasar Borobudur.Bila anda menggunakan kendaraan pribadi, berikut ini beberapa petunjuk yang mungkin berguna:
Dari jalan besar di depan candi lurus ke arah selatan,Sampai perempatan Seganan (Desa Tuksongo), belok ke kanan dan lurus terus melewati Desa Tanjungsari dan mulai masuk Desa Karanganyar,,Sampai perempatan Gunden (Desa Karanganyar), belok kiri. Dari sini jalan mulai agak menanjak.Kira-kira 200 meter dari perempatan, anda akan melihat tugu perbatasan desa.

Tidak ada komentar: